Senin, 13 Mei 2013

Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari

Setiap agama ada larangan atau pantangan, tetapi jika hanya berhenti hanya sampai pada larangan, maka fungsi agama sebagai sarana untuk meningkatkan harkat dan martabbatin  manusia, untuk menimbulkan sifat saling melindungi , saling menyayangi,  tidak berjalan sebagaimana seharusnya.  Penekanan yang berlebihan pada larangan disertai ancaman hukum karma , lahir di alam neraka, peta, hewan dst,  dapat mengakibatkan umat terpaku pada larangan larangan, bahkan yang terparah adalah kalau larangan itu lebih diutamakan ; hanya sekedar tidak melanggar larangan, daripada upaya meningkatkan kemurnian batin. Pengaruhnya dalah upacara yang seharusnya mengingatkan kita untuk bertindak positif, berbuat kebajikan dan mensucikan pikiran, menjadi ritual yang kosong tanpa makna bagi kehidupan sehari hari umat, atau bahkan upacara sudah berubah sebagai sarana untuk “menyenangkan” para dewa; karena larangan larangan yang telah dilanggar. Dan  bhikkhu dianggap “Markus” untuk menyelesaikan karma buruk dengan dewa.

Pancasila adalah janji dari kita umat awam untuk tidak melakukan 5 hal yang buruk, atau janji kita untuk menahan diri dari melakukan 5 hal perbuatan yg buruk.  Jika demikian, dan hanya berhenti sampai tidak melakukan tindakan apa apa, artinya sama saja membuat dari yang negatif menjadi nol, bukan menjadi positif.

Buddha Dharma bagi umat awam tidak dimaksudkan untuk berhenti hanya sampai di larangan larangan saja, tetapi seharusnya membuat para penganutnya untuk membentuk karma baik, sebagai bekal dalam pencarian untuk mencapai Nibbana. 

Mari kita lihat satu persatu dari Pancasila.

1.   Menghindari tindakan membunuh.  
Esensi dasarnya adalah Melindungi Kehidupan dan Mencegah Penderitaan, karena setiap mahluk hidup ingin bebas dari penderitaan, ingin hidup berbahagia. Tindakan membunuh adalah meniadakan kehidupan, tindakan melukai , menganiaya adalah membuat atau mengakibatkan mahluk  lain menderita. Sedangkan Melindungi Kehidupan adalah tindakan positif untuk memperkaya/memperindah kehidupan. Dan banyak sekali yang bisa kita lakukan.  Mencegah timbulnya penderitaan, adalah upaya kita untuk menjaga agar tidak ada orang yang celaka, terluka, atau menderita karena sesuatu hal yang seharusnya bila kita mengambil tindakan maka dapat mengakibarkan seseorang menjadi terluka atau menderita 

Contohnya :  
Jika anda melihat kulit pisang di jalan, apa anda biarkan atau anda pindahkan ke tempat sampah?  <apa bedanya membuang dan memindahkan ke tempat sampah?>

Jika anda melihat batu cukup besar di jalan yang sering dilalui sepeda motor, apa yang anda lakukan? Atau genangan olie

Jika anda melihat kabel listrik yang terbuka, apa yang anda lakukan?

Jika anda melihat panci air panas yang terletak terlalu ke tepi meja, apa yang anda lakukan?  
 


Bagi yg sdh bekerja , ada banyak sekali yang bisa kita lakukan untuk melindungi kehidupan dan mencegah timbulnya penderitaan.

Misal : apakah perusahaan menyediakan pakaian pelindung yang cukup jika pekerjaan yang dilakukan dapat menimbulkan bahaya?  Apakah perusahaan memberikan pelatihan yang cukup kepada karyawan untuk bekerja dengan aman?  Ingat jika seorang karyawan celaka, selain dia menderita, perusahaan juga terpaksa mengeluarkan biaya yang seharusnya tidak perlu; selain kehilangan waktu produktif karyawan tersebut.

Menemukan kesempatan untuk berTindak positif yang nyata untuk mencegah pembunuhan atau upaya untuk mengurangi penderitaan seseorang kadang kadang sulit karena kita tidak mampu membantunya, tetapi mencegah terjadinya penderitaan, kesempatannya lebih banyak jika anda jeli.



2. Adinnadana   : tidak mengambil benda yang tidak diberikan dengan sukarela.

Esensi dasarnya adalah : Menghargai milik orang lain.
Apakah sikap yang benar jika anda menginap di hotel, membiarkan air meluber dan mengalir sia sia, atau bila anda kost, membiarkan air sampai luber meluap di bak mandi dan terbuang sia sia, memang anda sudah membayar, bahkan  anda mampu membayarnya, tetapi bukankah anda tidak melindungi milik orang lain? Yang seharusnya dia mendapatkan keuntungan senilai air yang terbuang, tetapi anda menghamburkannya, sehingga pengusaha hotel atau pemilik kost kehilangan sebagian keuntungannya. Apalagi disaat sekarang, air bersih makin langka, bahkan diramalkan pada tahun 2050, air bersih sudah tidak ada lagi, harus dari upaya pemurnian air yang sangat mahal biaya nya.

Membuang sampah sembarangan, kita semua tahu jika sampah menyumbat selokan atau sungai mengakibatkan banjir yang merugikan banyak orang. 

Matikan listrik jika anda tidak menggunakan keluar kamar. Matikan komputer jika tidak anda pakai lebih dari 15 menit. Tidak hanya di rumah sendiri, tetapi dimanapun.


Utk yg sudah/masih bekerja  

Banyak sekali yang bisa dilakukan dikantor, matikan listrik, ac dan air yang tidak dipakai.  Kurangi biaya bbm kendaraan dengan melakukan beberapa kunjungan sekaligus. Sikap : “ah, keun wae, perusahan nu mayar”.  Benarkah?

Memang, perilaku anda akan tidak sama dengan yang lain, dan besar pula kemungkinan boss tidak peduli, tidak memperhatikan sehingga apa yang anda lakukan sia-sia bahkan ditertawakan oleh teman sekerja, diolok olok sebagai cari muka dll.. Tetapi ingatlah, anda sedang memupuk karma baik anda sendiri; sekurang kurangnya, anda telah melakukan tindakan untuk menunda terjadinya karma buruk bagi anda sendiri dengan mencegah seseorang mengalami kerugian.


Sharing idea :  Apa lagi yg bisa anda lakukan ditempat kerja masing masing?  Ayo, umat Buddha harus kritis, jangan hanya percaya membuta dengan apa yang ditulis dibuku, tidak boleh malas berpikir.

Bagaimana jika perusahaan merencanakan menjual produk yang kualitasnya kurang baik dan bisa membahayakan  konsumennya?  Bagaimana sikap anda?
Atau produknya baik, tetapi pemakaiannya harus extra hati hati karena berbahaya, apa yang akan anda lakukan?






3.   Kamesumicchacara


Esensi dasarnya adalah memperlakukan orang lain dengan penuh rasa hormat, serta menyayangi mereka dengan tulus tanpa nafsu.

Penerapan yang mudah adalah bila anda melihat orang yang seusia orang tua anda, perlakukan dia sebagai paman atau bibi anda, lindungi mereka, prioritaskan jika mereka menyeberang jalan, berikan tempat duduk untuk mereka terlebih dahulu.

Jika itu sebaya dengan anda, perlakukan sebagai adik atau kakak anda.

Jika masih kecil, perlakukan sebagai keponakan anda atau anak anda.

Ada sebuah pidato yang sangat bagus dari raja Bhutan pada saat pelantikan beliau. :

“.......Throughout my reign I will never rule you as a King. I will protect you as a parent, care for you as a brother and serve you as a son. I shall give you everything and keep nothing; I shall live such a life as a good human being that you may find it worthy to serve as an example for your children; I have no personal goals other than to fulfill your hopes and aspirations. I shall always serve you, day and night, in the spirit of kindness, justice and equality. As the king of a Buddhist nation, my duty is not only to ensure your happiness today but to create the fertile ground from which you may gain the fruits of spiritual pursuit and attain good Karma.”

“.... Selama masa saya menjadi raja, saya tidak akan mememerintah anda sebagai Raja. Saya akan melindungi anda sebagai orang tua, merawat anda sebagai saudara dan melayani anda sebagai seorang anak. Saya akan memberikan semuanya dan tidak menyimpan apapun untuk diri sendiri; Saya berusaha untuk hidup  sedemikan rupa sebagai kehidupan seorang manusia yang baik, sehingga anda melihatnya sebagai teladan yang layak bagi anak anak anda; saya tidak mempunyai goal pribadi selain memenuhi harapan dan aspirasi anda. .....”

Bisakah kita  juga berperilaku seperti yang dijanjikan oleh raja Bhutan kepada rakyatnya?.  Dan perilaku kita sedemikian rupa sehingga orang sekeliling kita, termasuk anak kita , menganggap kita layak sebagai contoh yang baik, bagi anak anaknya.

Tanpa disadari, kita sering berkata kepada anak kita: “Jadilah anak yang bisa dibanggakan orang tua,”.  Tetapi , apakah perilaku kita juga patut dibanggakan oleh anak anak kita?  
   Pernah saya baca tulisan seorang remaja yang menuliskan begini :”Cita cita orang tua adalah derita anak”.  Sangat menyedihkan bukan?






4.   Musavada :  menghindari ucapan yang tidak benar.

Umumnya disebutkan sebagai menghindari bohong.  

Esensi dasarnya adalah mengucapkan hanya hal hal yang benar, baik dan bermanfaat.


Ada 5 kriteria untuk suatu ucapan disebut sebagai ucapan yang tepat
1.   Yang diberitakan adalah hal yang benar benar terjadi, bukan gossip atau terkaan saja, kalau terkaan atau perkiraan, harus dinyatakan : menurut perkiraan saya.....  Karena dalam perusahaan juga ada yang namanya forecast, belum tentu terjadi, tetapi diperkirakan dapat atau mungkin terjadi.
2.   Yang diucapkan adalah hal yang baik. Bukan hal yang buruk.  “Misal, anda tahu si A selingkuh dengan si B, anda tahu kejadian  itu benar, tetapi jika anda ceritakan kemana mana, hal itu bukan hal yang baik.
3.   Yang diucapkan adalah hal yang bermanfaat untuk pembicara maupun pendengarnya, jika tidak bermanfaat lebih baik tidak usah dikatakan.
4.   Diucapkan dengan kalimat yang baik, santun dan ramah.
5.   Diucapkan tepat waktu.

Kalau tidak memenuhi 5 kriteria itu, lebih baik anda diam.

Coba ingat ingat :  kemarin,  adakah  ucapan anda yang sesuai dengan 5 criteria tadi?

Contoh : 
Jika anda punya anak yang malas bangun pagi, kemudian pada suatu hari dia bangun pagi sekali lalu anda berkata :”Kok tumben, pagi pagi sudah bangun”.  Menurut anda ini termasuk ucapan yang benar, baik, bermanfaat, dengan raman/santun dan tepat  waktu atau tidak?
 
Bandingkan dengan kalau anda berkata : “Hallo say, mama senang hari ini kamu bangun pagi, ada acara apa? Nah, pagi ini mau makan apa?”


Istri anda kakinya terantuk lemari, lalu anda berkata : “Matamu kemana saja sih?”



6.   Suramerraya majja pamadathana:

 Menghindari  makanan maupun minuman yang dapat menghilangkan kesadaran.

Esensi dasarnya adalah agar kita selalu sadar atas setiap pikiran, perkataan dan perbuatan kita. 

Selingan : bagaimana kalau Kecanduan karaoke,  main game, atau internet? 
bagaimana kalau mabuk agama?
Pernah dengar kecanduan nasi?


   Guru Buddha dalam banyak kesempatan sering menyatakan pentingnya mengendalikan pikiran, ada di Dhammapada, : “seperti seorang ahli pembuat panah, dia melengkungkan kayu untuk busur, seperti seorang ahli pengairan dia mengatur aliran air, demikianlah seorang bijaksana mengendalikan pikiran.”

   :”Lebih baik sehari membina kesadaran sepenuhnya daripada hidup seratus tahun dalam kegelapan batin”
   Buddha mungkin satu satunya Nabi yang secara khusus menekankan pentingnya untuk selalu sadar, serta menunjukkan metoda meditasi untuk melatih agar kita dapat mengheningkan pikiran dan selalu sadar setiap saat.

   Kalau kita sering ber meditasi, kita akan menjadi terlatih untuk mengenali berbagai bentuk pikiran termasuk ide ide yang bagus.
Semua dari kita tahu, tujuan akhir dari meditasi adalah merealisasikan Nibbana, tapi ada hasil sampingnya untuk kehidupan sehari hari ada. Nah, ini pengalaman pribadi ya. Bukan mistik, ini untuk kehidupan duniawi, di kulian pekerjaan.

   Karena terlatih mengenali berbagai bentuk pikiran, jika saya sedang belajar atau mengerjakan sesuatu, sering terlintas pikiran/ide yang bagus, atau pemecahan masalah,  saya bisa sangat tergoda untuk segera melakukan ide yang muncul, tapi saya biasakan mencatat apa yang muncul , supaya tidak lupa, dan kalau ada kesempatan, dibaca ulang, kalau bagus tetapi belum bisa dilaksanakan, dicatat dalam buku harian, sebagai “wild idea/ ide gila” atau “to do, yg mau dilakukan”.  Dengan melihat catatan catatan tersebut, setiap ada waktu yang luang, atau setelah belajar atau , saya bisa menyelesaikan apa apa yang tertulis disitu, sehingga kelihatannya belajarnya sebentar atau  bekerja dengan santai, tapi yang dikerjakan banyak, karena jarang  kepepet, atau kekurangan waktu.
   Itu karena proses mencatat dalam buku saku, sangat sebentar, kita bisa balik fokus lagi ke ke pekerjaan yang sedang dilakukan, kalau tidak dicatat, khawatir lupa, sehingga berusaha keras mengingat ingat, dan ini menyebabkan kita tidak fokus dengan yang dilakukan, kalau tidak fokus, hasilnya tidak sebagus kalau kita fokus, serta lebih lama.

   Kesimpulannya : “Mari berlatih meditasi”.


Sebagai cerita penutup .

Saya sering mendengar keluhan dari wanita yang berlatih meditasi, yang mengeluh, kok susah sekali ya memusatkan pikiran. 
Ternyata teknologi modern memang membuktikan kelebihan otak wanita dibandingkan pria, yaitu dengan brain imaging, para ahli otak bisa melihat bagian otak seseorang yang sedang aktif.
Jika pria, biasanya maksimal 2 bagian yang aktif, sedangkan wanita bisa 6 bagian sekaligus.

Contohnya, jika pria berbicara, dia bisa sambil menggerakkan tangan untuk mempertegas apa yang dibicarakan, tetapi tidak bisa mendengar.  Sebaliknya dengan wanita, dia bisa masak, sambil mendengar radio, sambil menelepon , sambil sebelah matanya mengawasi anaknya + mikir apa yang akan dikerjakan nanti sore, bahkan lebih hebat lagi, tukang bakso lewat di depan rumahpun,  dia tahu.

Kalau pria, tidak bisa.  Lihat saja kalau pria membaca, dia tidak bisa mendengar dengan baik, kalau suami nonton tv, dia tidak dengar istrinya ngomong apa; kalau dia mau memperhatikan omongan istrinya, pasti dia akan mengecilkan volume suara tv, karena pria hanya bisa mendengar dari satu objek.  Betul kan?  Anomali selalu ada.

Wanita, bisa mendengar sambil ngomong, kalau ada 6 wanita kumpul, semuanya ngomong, tapi omongannya bisa nyambung.  Sebaliknya jika ada 6 pria berkumpul, satu yg sedang berbicara, yang lain mendengarkan,  mereka bicara bergiliran.

Apa akibatnya bagi anda yang pasangan? Kalau istri melihat suami berbicara, jangan potong pembicaraannya, dalam dunia pria, memotong pembicaraan adalah sangat tidak sopan, dan memicu naluri “win or lose”, jangan heran kalau dia marah. Tunggu giliran atau bilang , nanti aku ngomong ya.  Kalau seorang suami, melihat istrinya sedang bicara dengan teman temannya, kalau mau bicara, bicara saja,potong saja,  jangan nunggu giliran, nggak bakal kebagian gilirn bicara.

Jadi kalau bagi wanita berkonsentrasi memang memerlukan upaya lebih besar daripada pria, serunya kalau melatih kesadaran, bisa mengamati, memberi komentar dan memilih alternatif mana yang baik pada saat yang sama; kalau pria, harus mengolahnya satu demi satu. 

Peran Mahasiswa dalam Memajukan Bangsa


Pada dasarnya Perguruan Tinggi memiliki peranan dan tugas untuk membentuk manusia susila dan demokrat yang memiliki kesadaran dan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakatnya. Para mahasiswa yang melakukan studi di dalamnya juga harus memiliki kecakapan dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan serta mampu memangku jabatan atau pekerjaan dalam masyarakat.
Untuk itu kita mengenal yang disebut dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan yang mencakup pencerdasan dan transmisi budaya, penelitian yang mencakup ilmu pengetahuan dan inovasi, serta pengabdian masyarakat berupa pelayanan dan akselerasi kesejahteraan. Tentunya mahasiswa memiliki peranan penting untuk mendukung tercapainya target dari Tri Dharma Perguruan Tinggi ini.
Lalu apa peran yang harus dijalankan oleh mahasiswa? Sebagai salah satu kelompok sosial yang merupakan bagian dari masyarakat, mahasiswa berperan sebagai kontrol sosial dan menjadi golongan masyarakat yang memberikan perubahan. Di dalam civil society, mahasiswa harus memberikan peranan yang adil, egaliter, beretika, aspiratif-partisipatif, dan nonhegemonik. Intinya kekuatan mahasiswa terletak pada ide, pemikiran, dan gagasannya.
Mengenai mahasiswa itu sendiri, idealnya Perguruan Tinggi membentuk insan akademis yang dapat melakukan learning by themselves  atau belajar secara mandiri dengan melakukan self improvement serta mencari dan membela kebenaran ilmiah. Dengan adanya pendidikan karakter yang diterapkan di Perguruan Tinggi maka diharapkan mahasiswa dapat merancang visi masa depan untuk diri sendiri, lingkungan, dan keluarga dan membentuk masyarakat madani yang kreatif dan inovatif. Pendidikan yang diberikan dari Perguruan Tinggi ini mengarahkan pada perjuangan mahasiswa untuk mendekatkan realita dengan kondisi ideal.
Kini tantangan masa depan yang harus dihadapi oleh Bangsa kita semakin banyak. Sesudah reformasi terjadi berbagai tantangan baru seperti globalisasi informasi, keberagaman ideologi, neocolonialism, politik pencitraan, generasi muda milenium, serta krisis sosial dan ekonomi yang mengglobal. Untuk menjawab semua tantangan tersebut Perguruan Tinggi yang merupakan irisan dari pemerintah, masyarakat sipil, dan masyarakat ekonomi memiliki peran yang sangat esensial. Mahasiswalah yang menjadi titik tumpu agar Indonesia dapat bertransformasi menjadi Indonesia yang mandiri dengan membentuk masyarakat yang kreatif dan inovatif.